FKIP Unpak: International Lecture Champions Culturally Responsive Pedagogy
"Sebagai langkah bermakna dalam mempersiapkan calon guru menjadi praktisi reflektif sekaligus agen perubahan."
"Sebagai langkah bermakna dalam mempersiapkan calon guru menjadi praktisi reflektif sekaligus agen perubahan."




UNPAK — Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan, bekerja sama dengan College of Education, University of Northern Philippines, menyelenggarakan Kuliah Umum Internasional dengan tema “Culturally Responsive Pedagogy in Various Based Action Research.” Acara ini berlangsung pada hari Rabu, 18 November 2025, di Bogor, sebagai bagian dari rangkaian Program SEA Teacher—sebuah inisiatif regional yang mendorong pertukaran dan inovasi pendidikan lintas budaya di Asia Tenggara. Acara ini dilaksanakan secara tatap muka di Bogor sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Program SEA Teacher.
Pembicara utama, Asisten Profesor Mark Louie Tabunan, menyampaikan kuliah yang inspiratif sekaligus menggugah pemikiran tentang bagaimana pedagogi responsif budaya (Culturally Responsive Pedagogy/CRP) dapat diintegrasikan secara bermakna dalam berbagai bentuk penelitian tindakan. Berdasarkan pengalamannya dalam pendidikan guru dan penelitian partisipatif, Asst. Prof. Tabunan menekankan pentingnya menghargai identitas budaya dan pengalaman hidup siswa sebagai inti dari pengajaran sekaligus penelitian.
“Ketika kita melakukan penelitian tindakan dengan perspektif responsif budaya, kita tidak sekadar memperbaiki praktik—kita mentransformasikannya,” ungkapnya.
Sesi ini dipandu dengan sangat baik oleh Asih Wahyuni, M.Pd., yang mengarahkan jalannya acara dengan penuh kejelasan dan kehangatan. Pertanyaan-pertanyaan dan transisi yang diberikan turut menciptakan suasana dinamis, sehingga para peserta merasa terdorong untuk merefleksikan, menanggapi, serta terhubung dengan materi. Ia juga memfasilitasi sesi tanya jawab, memastikan suara mahasiswa didengar dan dialog tetap inklusif serta terfokus.
Kuliah ini mendapat sambutan antusias dari mahasiswa FKIP yang berasal dari empat program studi: Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Biologi, serta Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sepanjang sesi, mahasiswa aktif berdiskusi, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kritis, dan merenungkan bagaimana CRP dapat diterapkan dalam kelas maupun riset mereka di masa depan.
Antusiasme tersebut menegaskan kesadaran yang tumbuh atas pentingnya pendekatan pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap konteks—terutama di masyarakat multikultural dan multibahasa seperti Indonesia. Banyak mahasiswa yang mengaku semakin termotivasi menjadi pendidik yang tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga menegaskan identitas, mendorong kesetaraan, serta membangun pengetahuan bersama dengan peserta didik mereka.
Dekan FKIP, Dr. Eka Suhardi, M.Si., memuji acara ini sebagai langkah bermakna dalam mempersiapkan calon guru menjadi praktisi reflektif sekaligus agen perubahan. “Kuliah ini mengingatkan kita bahwa mengajar bukanlah sesuatu yang netral. Mengajar adalah tindakan keterlibatan budaya yang sangat kuat,” ujarnya.
Acara ditutup dengan ajakan untuk terus mengintegrasikan praktik pedagogis responsif budaya ke dalam pendidikan guru dan memperkuat kolaborasi regional melalui Program SEA Teacher. Ketika para peserta meninggalkan auditorium, suasana penuh energi terasa nyata—menjadi bukti bahwa benih-benih pedagogi transformatif telah tertanam.
UNPAK — Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan, bekerja sama dengan College of Education, University of Northern Philippines, menyelenggarakan Kuliah Umum Internasional dengan tema “Culturally Responsive Pedagogy in Various Based Action Research.” Acara ini berlangsung pada hari Rabu, 18 November 2025, di Bogor, sebagai bagian dari rangkaian Program SEA Teacher—sebuah inisiatif regional yang mendorong pertukaran dan inovasi pendidikan lintas budaya di Asia Tenggara. Acara ini dilaksanakan secara tatap muka di Bogor sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Program SEA Teacher.
Pembicara utama, Asisten Profesor Mark Louie Tabunan, menyampaikan kuliah yang inspiratif sekaligus menggugah pemikiran tentang bagaimana pedagogi responsif budaya (Culturally Responsive Pedagogy/CRP) dapat diintegrasikan secara bermakna dalam berbagai bentuk penelitian tindakan. Berdasarkan pengalamannya dalam pendidikan guru dan penelitian partisipatif, Asst. Prof. Tabunan menekankan pentingnya menghargai identitas budaya dan pengalaman hidup siswa sebagai inti dari pengajaran sekaligus penelitian.
“Ketika kita melakukan penelitian tindakan dengan perspektif responsif budaya, kita tidak sekadar memperbaiki praktik—kita mentransformasikannya,” ungkapnya.
Sesi ini dipandu dengan sangat baik oleh Asih Wahyuni, M.Pd., yang mengarahkan jalannya acara dengan penuh kejelasan dan kehangatan. Pertanyaan-pertanyaan dan transisi yang diberikan turut menciptakan suasana dinamis, sehingga para peserta merasa terdorong untuk merefleksikan, menanggapi, serta terhubung dengan materi. Ia juga memfasilitasi sesi tanya jawab, memastikan suara mahasiswa didengar dan dialog tetap inklusif serta terfokus.
Kuliah ini mendapat sambutan antusias dari mahasiswa FKIP yang berasal dari empat program studi: Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Biologi, serta Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sepanjang sesi, mahasiswa aktif berdiskusi, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kritis, dan merenungkan bagaimana CRP dapat diterapkan dalam kelas maupun riset mereka di masa depan.
Antusiasme tersebut menegaskan kesadaran yang tumbuh atas pentingnya pendekatan pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap konteks—terutama di masyarakat multikultural dan multibahasa seperti Indonesia. Banyak mahasiswa yang mengaku semakin termotivasi menjadi pendidik yang tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga menegaskan identitas, mendorong kesetaraan, serta membangun pengetahuan bersama dengan peserta didik mereka.
Dekan FKIP, Dr. Eka Suhardi, M.Si., memuji acara ini sebagai langkah bermakna dalam mempersiapkan calon guru menjadi praktisi reflektif sekaligus agen perubahan. “Kuliah ini mengingatkan kita bahwa mengajar bukanlah sesuatu yang netral. Mengajar adalah tindakan keterlibatan budaya yang sangat kuat,” ujarnya.
Acara ditutup dengan ajakan untuk terus mengintegrasikan praktik pedagogis responsif budaya ke dalam pendidikan guru dan memperkuat kolaborasi regional melalui Program SEA Teacher. Ketika para peserta meninggalkan auditorium, suasana penuh energi terasa nyata—menjadi bukti bahwa benih-benih pedagogi transformatif telah tertanam.
UNPAK — Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan, bekerja sama dengan College of Education, University of Northern Philippines, menyelenggarakan Kuliah Umum Internasional dengan tema “Culturally Responsive Pedagogy in Various Based Action Research.” Acara ini berlangsung pada hari Rabu, 18 November 2025, di Bogor, sebagai bagian dari rangkaian Program SEA Teacher—sebuah inisiatif regional yang mendorong pertukaran dan inovasi pendidikan lintas budaya di Asia Tenggara. Acara ini dilaksanakan secara tatap muka di Bogor sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Program SEA Teacher.
Pembicara utama, Asisten Profesor Mark Louie Tabunan, menyampaikan kuliah yang inspiratif sekaligus menggugah pemikiran tentang bagaimana pedagogi responsif budaya (Culturally Responsive Pedagogy/CRP) dapat diintegrasikan secara bermakna dalam berbagai bentuk penelitian tindakan. Berdasarkan pengalamannya dalam pendidikan guru dan penelitian partisipatif, Asst. Prof. Tabunan menekankan pentingnya menghargai identitas budaya dan pengalaman hidup siswa sebagai inti dari pengajaran sekaligus penelitian.
“Ketika kita melakukan penelitian tindakan dengan perspektif responsif budaya, kita tidak sekadar memperbaiki praktik—kita mentransformasikannya,” ungkapnya.
Sesi ini dipandu dengan sangat baik oleh Asih Wahyuni, M.Pd., yang mengarahkan jalannya acara dengan penuh kejelasan dan kehangatan. Pertanyaan-pertanyaan dan transisi yang diberikan turut menciptakan suasana dinamis, sehingga para peserta merasa terdorong untuk merefleksikan, menanggapi, serta terhubung dengan materi. Ia juga memfasilitasi sesi tanya jawab, memastikan suara mahasiswa didengar dan dialog tetap inklusif serta terfokus.
Kuliah ini mendapat sambutan antusias dari mahasiswa FKIP yang berasal dari empat program studi: Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Biologi, serta Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sepanjang sesi, mahasiswa aktif berdiskusi, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kritis, dan merenungkan bagaimana CRP dapat diterapkan dalam kelas maupun riset mereka di masa depan.
Antusiasme tersebut menegaskan kesadaran yang tumbuh atas pentingnya pendekatan pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap konteks—terutama di masyarakat multikultural dan multibahasa seperti Indonesia. Banyak mahasiswa yang mengaku semakin termotivasi menjadi pendidik yang tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga menegaskan identitas, mendorong kesetaraan, serta membangun pengetahuan bersama dengan peserta didik mereka.
Dekan FKIP, Dr. Eka Suhardi, M.Si., memuji acara ini sebagai langkah bermakna dalam mempersiapkan calon guru menjadi praktisi reflektif sekaligus agen perubahan. “Kuliah ini mengingatkan kita bahwa mengajar bukanlah sesuatu yang netral. Mengajar adalah tindakan keterlibatan budaya yang sangat kuat,” ujarnya.
Acara ditutup dengan ajakan untuk terus mengintegrasikan praktik pedagogis responsif budaya ke dalam pendidikan guru dan memperkuat kolaborasi regional melalui Program SEA Teacher. Ketika para peserta meninggalkan auditorium, suasana penuh energi terasa nyata—menjadi bukti bahwa benih-benih pedagogi transformatif telah tertanam.










