Inovasi Batik Kemang: Sinergi Budaya dengan Teknologi Menuju Ekonomi Hijau
"Batik Kemang jadi jembatan tradisi dan teknologi untuk masa depan berkelanjutan."
"Batik Kemang jadi jembatan tradisi dan teknologi untuk masa depan berkelanjutan."

UNPAK – Universitas Pakuan (Unpak) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui penguatan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal dan teknologi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor Unpak, Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc., saat memberikan sambutan pada gelaran Fashion Show Batik Kemang yang menjadi bagian dari rangkaian acara KaBogor Fest 2025 di Stadion Pakansari, Cibinong, Minggu, 22 Juni 2025.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Dekranasda, Ketua Dharma Wanita, para kepala perangkat daerah Kabupaten Bogor, pebatik lokal, serta tokoh masyarakat.
Dalam sambutannya, Prof. Didik menyoroti pentingnya integrasi antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat sebagai fondasi menuju pembangunan ekonomi hijau.
“Universitas Pakuan sebagai Kampus Berdampak terus berupaya memberi solusi nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu kontribusi kami adalah pembangunan Kampung Batik New Normal Bogor di Desa Tegal, Kecamatan Kemang sejak tahun 2021,” ujar Prof. Didik.
Inisiatif ini kini telah berkembang ke dua wilayah lainnya, yakni Desa Parakanjaya dan Kelurahan Atang Sendjaya, memperlihatkan keberhasilan pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dan berkelanjutan.
Batik Kemang: Inovasi dari Desa Menuju Ekonomi Hijau Berbasis Teknologi
Sosok di balik inisiasi Batik Kemang adalah Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom, dosen aktif Unpak yang menggagas program ini sejak tahun 2021. Bermula dari Desa Tegal, program ini kini tumbuh secara signifikan baik dari sisi produksi maupun jangkauan pasar.
Salah satu keunggulan utama Batik Kemang adalah penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah produksi. Eneng menjelaskan bahwa Batik Kemang kini dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis elektrokoagulasi, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT).
Teknologi ramah lingkungan ini merupakan hasil kolaborasi antara dosen Magister Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Unpak dan dosen Kimia FMIPA, yaitu Dr. Sutanto.
“Batik Kemang bukan hanya simbol budaya, tetapi juga menjadi pelopor Green Economy di Kabupaten Bogor. Teknologi ini memastikan produksi batik tetap ramah lingkungan dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” tegas Prof. Didik.
Digitalisasi dan Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Pemberdayaan UMKM
Batik Kemang tidak hanya unggul dari aspek lingkungan, tetapi juga dalam strategi pemasaran. Upaya memperluas pasar dilakukan melalui penguatan digital marketing serta pelindungan hak cipta motif batik.
Kolaborasi ini melibatkan dosen lintas program studi di Unpak, di antaranya:
- Fredi Andria, MM (Prodi Manajemen FEB),
- Roni Jayawinangun MM (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
- Layung Paramesti Martha MSi (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
Sinergi ini memperkuat keberlanjutan program, serta memberikan nilai tambah ekonomi dan intelektual pada produk-produk Batik Kemang.
Kolaborasi Pentahelix Menuju Desa Cerdas dan Kabupaten Bogor Gemilang
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Didik juga menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix sebagai strategi keberlanjutan. Pendekatan ini melibatkan unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.
“Inovasi seperti Batik Kemang harus terus dikawal bersama. Kolaborasi ini menjadi kunci menuju Desa Cerdas dan Kawasan Cerdas berbasis kekayaan intelektual milik masyarakat. Semangat Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh, dan Silih Wangi menjadi nilai dasar kami dalam mendukung Kabupaten Bogor yang semakin gemilang,” tegasnya.
Batik Lokal, Teknologi Global: Dari Kemang untuk Indonesia
Fashion Show Batik Kemang bukan hanya ajang pamer karya seni, tetapi juga bukti nyata bahwa warisan budaya dapat beriringan dengan kemajuan teknologi.
Dengan terus mengedepankan semangat kolaboratif dan inovatif, Batik Kemang menjadi contoh ideal ekonomi kreatif dan hijau dari desa yang mampu menembus pasar nasional bahkan global.*
UNPAK – Universitas Pakuan (Unpak) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui penguatan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal dan teknologi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor Unpak, Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc., saat memberikan sambutan pada gelaran Fashion Show Batik Kemang yang menjadi bagian dari rangkaian acara KaBogor Fest 2025 di Stadion Pakansari, Cibinong, Minggu, 22 Juni 2025.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Dekranasda, Ketua Dharma Wanita, para kepala perangkat daerah Kabupaten Bogor, pebatik lokal, serta tokoh masyarakat.
Dalam sambutannya, Prof. Didik menyoroti pentingnya integrasi antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat sebagai fondasi menuju pembangunan ekonomi hijau.
“Universitas Pakuan sebagai Kampus Berdampak terus berupaya memberi solusi nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu kontribusi kami adalah pembangunan Kampung Batik New Normal Bogor di Desa Tegal, Kecamatan Kemang sejak tahun 2021,” ujar Prof. Didik.
Inisiatif ini kini telah berkembang ke dua wilayah lainnya, yakni Desa Parakanjaya dan Kelurahan Atang Sendjaya, memperlihatkan keberhasilan pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dan berkelanjutan.
Batik Kemang: Inovasi dari Desa Menuju Ekonomi Hijau Berbasis Teknologi
Sosok di balik inisiasi Batik Kemang adalah Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom, dosen aktif Unpak yang menggagas program ini sejak tahun 2021. Bermula dari Desa Tegal, program ini kini tumbuh secara signifikan baik dari sisi produksi maupun jangkauan pasar.
Salah satu keunggulan utama Batik Kemang adalah penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah produksi. Eneng menjelaskan bahwa Batik Kemang kini dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis elektrokoagulasi, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT).
Teknologi ramah lingkungan ini merupakan hasil kolaborasi antara dosen Magister Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Unpak dan dosen Kimia FMIPA, yaitu Dr. Sutanto.
“Batik Kemang bukan hanya simbol budaya, tetapi juga menjadi pelopor Green Economy di Kabupaten Bogor. Teknologi ini memastikan produksi batik tetap ramah lingkungan dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” tegas Prof. Didik.
Digitalisasi dan Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Pemberdayaan UMKM
Batik Kemang tidak hanya unggul dari aspek lingkungan, tetapi juga dalam strategi pemasaran. Upaya memperluas pasar dilakukan melalui penguatan digital marketing serta pelindungan hak cipta motif batik.
Kolaborasi ini melibatkan dosen lintas program studi di Unpak, di antaranya:
- Fredi Andria, MM (Prodi Manajemen FEB),
- Roni Jayawinangun MM (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
- Layung Paramesti Martha MSi (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
Sinergi ini memperkuat keberlanjutan program, serta memberikan nilai tambah ekonomi dan intelektual pada produk-produk Batik Kemang.
Kolaborasi Pentahelix Menuju Desa Cerdas dan Kabupaten Bogor Gemilang
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Didik juga menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix sebagai strategi keberlanjutan. Pendekatan ini melibatkan unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.
“Inovasi seperti Batik Kemang harus terus dikawal bersama. Kolaborasi ini menjadi kunci menuju Desa Cerdas dan Kawasan Cerdas berbasis kekayaan intelektual milik masyarakat. Semangat Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh, dan Silih Wangi menjadi nilai dasar kami dalam mendukung Kabupaten Bogor yang semakin gemilang,” tegasnya.
Batik Lokal, Teknologi Global: Dari Kemang untuk Indonesia
Fashion Show Batik Kemang bukan hanya ajang pamer karya seni, tetapi juga bukti nyata bahwa warisan budaya dapat beriringan dengan kemajuan teknologi.
Dengan terus mengedepankan semangat kolaboratif dan inovatif, Batik Kemang menjadi contoh ideal ekonomi kreatif dan hijau dari desa yang mampu menembus pasar nasional bahkan global.*
UNPAK – Universitas Pakuan (Unpak) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui penguatan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal dan teknologi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Rektor Unpak, Prof. Dr. Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc., saat memberikan sambutan pada gelaran Fashion Show Batik Kemang yang menjadi bagian dari rangkaian acara KaBogor Fest 2025 di Stadion Pakansari, Cibinong, Minggu, 22 Juni 2025.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Dekranasda, Ketua Dharma Wanita, para kepala perangkat daerah Kabupaten Bogor, pebatik lokal, serta tokoh masyarakat.
Dalam sambutannya, Prof. Didik menyoroti pentingnya integrasi antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat sebagai fondasi menuju pembangunan ekonomi hijau.
“Universitas Pakuan sebagai Kampus Berdampak terus berupaya memberi solusi nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu kontribusi kami adalah pembangunan Kampung Batik New Normal Bogor di Desa Tegal, Kecamatan Kemang sejak tahun 2021,” ujar Prof. Didik.
Inisiatif ini kini telah berkembang ke dua wilayah lainnya, yakni Desa Parakanjaya dan Kelurahan Atang Sendjaya, memperlihatkan keberhasilan pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dan berkelanjutan.
Batik Kemang: Inovasi dari Desa Menuju Ekonomi Hijau Berbasis Teknologi
Sosok di balik inisiasi Batik Kemang adalah Dr. Eneng Tita Tosida, S.Tp, M.S.i, M.Kom, dosen aktif Unpak yang menggagas program ini sejak tahun 2021. Bermula dari Desa Tegal, program ini kini tumbuh secara signifikan baik dari sisi produksi maupun jangkauan pasar.
Salah satu keunggulan utama Batik Kemang adalah penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah produksi. Eneng menjelaskan bahwa Batik Kemang kini dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis elektrokoagulasi, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT).
Teknologi ramah lingkungan ini merupakan hasil kolaborasi antara dosen Magister Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Unpak dan dosen Kimia FMIPA, yaitu Dr. Sutanto.
“Batik Kemang bukan hanya simbol budaya, tetapi juga menjadi pelopor Green Economy di Kabupaten Bogor. Teknologi ini memastikan produksi batik tetap ramah lingkungan dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” tegas Prof. Didik.
Digitalisasi dan Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Pemberdayaan UMKM
Batik Kemang tidak hanya unggul dari aspek lingkungan, tetapi juga dalam strategi pemasaran. Upaya memperluas pasar dilakukan melalui penguatan digital marketing serta pelindungan hak cipta motif batik.
Kolaborasi ini melibatkan dosen lintas program studi di Unpak, di antaranya:
- Fredi Andria, MM (Prodi Manajemen FEB),
- Roni Jayawinangun MM (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
- Layung Paramesti Martha MSi (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB)
Sinergi ini memperkuat keberlanjutan program, serta memberikan nilai tambah ekonomi dan intelektual pada produk-produk Batik Kemang.
Kolaborasi Pentahelix Menuju Desa Cerdas dan Kabupaten Bogor Gemilang
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Didik juga menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix sebagai strategi keberlanjutan. Pendekatan ini melibatkan unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.
“Inovasi seperti Batik Kemang harus terus dikawal bersama. Kolaborasi ini menjadi kunci menuju Desa Cerdas dan Kawasan Cerdas berbasis kekayaan intelektual milik masyarakat. Semangat Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh, dan Silih Wangi menjadi nilai dasar kami dalam mendukung Kabupaten Bogor yang semakin gemilang,” tegasnya.
Batik Lokal, Teknologi Global: Dari Kemang untuk Indonesia
Fashion Show Batik Kemang bukan hanya ajang pamer karya seni, tetapi juga bukti nyata bahwa warisan budaya dapat beriringan dengan kemajuan teknologi.
Dengan terus mengedepankan semangat kolaboratif dan inovatif, Batik Kemang menjadi contoh ideal ekonomi kreatif dan hijau dari desa yang mampu menembus pasar nasional bahkan global.*